Gindring Waste, seniman asal magelang ini terkenal akan karya muralnya yang banyak menyampaikan pesan sosial dengan balutan nuansa yang seram dan kocak, tak cukup dengan itu selain seram unsur lokal yang disuguhkan masih sangat terasa kental. Meski sebagian masyarakat umum menilai bahwa karya gindring waste cukup kontroversi karena isu-isu sosial yang diangkat kedalam karya yang diciptakannya, namun tema yang digambar oleh gindring adalah dari kehidupan sehari-hari. Dari apa yang ia rasakan. "Ketika saya tidak merasakan sesuatu, ya tidak mengambar,” kata Gindring.
Seniman jalanan yang memposisikan dirinya kedalam vandal art, gindring pun sempat meminta izin terhadap pemilik tembok yang hendak ia gambar, namun pemilik tembok justru menolaknya karena gambar gindring waste dianggap tidak baik dan pemilik tembok justru memintanya untuk menggambar katun yang lucu. Kata gindring tengkorak itu mewakili kejujuran yang menampilkan wujud asli manusia. Kulit dan daging tak lebih sekedar bungkus atau topeng.
FLEF, Seoul, toko yang menjual pakaian dan juga karya seni "Custom Culture" dari berbagai belahan dunia. Menjadi jembatan bagi kami -Gindring Waste dan Madstonic- untuk membuat sebuah karya bertajuk kolaborasi antara kami. Dengan menciptakan seni mainan berkarakter Madstonic dengan penggabungan karakter dan identitas FLEF x Grindring Waste x Madstonic.
Madstonic masih mempertahankan gaya berkaryanya dengan karakter monster dan mobil yang tidak realis, dengan sesosok pengemudi brutalnya yang diambil dari ikon karakter grindring waste yang menyeramkan, juga lengkap dengan rompi yang ditempel logo dari FLEF. Ini adalah pencapaian yang luar biasa dimasa pandemi seperti ini, sebuah karya seni tidak akan mati dalam situasi apapun bahkan jika raga bisa dipenjarakan namun jiwa kreatifitas akan terus bebas berkelianran.
>